Kisah Dosen UIN dan Ratusan Mahasiswi Bukan Perawan
*
Ini
kisah nyata yang sampai sekarang masih berlangsung. Ada seorang Dosen
UIN Bandung selama ini berhasil mengumpulkan ratusan mahasiswi GBP
(Gadis Bukan Perawan) akibat pergaulan bebasnya se-Bandung dan Jawa
Barat dan membina mereka secara intensif. Ratusan mahasiswi itu dari
ITB, UNPAD, UPI, UNISBA, UIN, UNINUS, IPDN, IKOPIN, UI, IPB, UIK Bogor,
Universitas Widyatama dll. Sebagai produk dari kemakmuran kelas
menengah, mereka rata-rata anak orang kaya. Wajah mereka rata-rata
cantik dan bersih karena umumnya dari keluarga berada. Ada anak
pengusaha, anak pejabat tinggi, anak dosen, anak guru, anak ustad,
bahkan anak da’i terkenal di Bandung.
Ratusan mahasiswi itu dibinanya sendirian. Awalnya hanya satu dua
yang disadarkan. Karena bimbingannya terasa sangat mengayomi, intensif,
terbuka, berperan sabagai bapak asuh, bimbingan agamanya sangat terasa,
mereka merasa terlindungi dan mereka menemukan tempat curhat yang sangat
enak, melebihi ke pacarnya sendiri. Semua mahasiswi itu, ke orang
tuanya tentu tidak ada yang berani terbuka, apalagi soal hilang
keperawanannya, tapi pendekatan sang ustad ini berhasil membuat mereka
semuanya terbuka, tidak ada yang ditutup-tutupi. Karena ilmunya, semua
rahasia mahasiswi ini diketahui oleh sang dosen dan mereka tidak ada
yang bisa berdusta. Setelah sadar, hampir semuanya kemudian memutuskan
pacarnya. Kini semuanya, sudah tobat dan meninggalkan pergaulan
bebasnya. Pengajian rutin sering diselenggarakan untuk membina mereka.
Para mahasiswi itu saling mengajak temannya yang senasib, yang pada
stres karena menyesal sudah bukan perawan, yang sulit keluar dari
pergaulan bebasnya dan terbentuklah komunitas tersendiri. Sang dosen UIN
yang masih muda, duda, selalu berpenampilan sederhana dan gaul, jauh
dari asesoris ustad, dan tak punya rumah itu, membuat para mahasiswi itu
sangat betah. Lucunya, hampir semua mahasiswa itu minta dinikahi,
bayangkan 100 lebih perempuan muda minta dinikahi. Tentu, godaan yang
sangat besar, apalagi mereka banyak yang manja dan genit, tapi sang
dosen tak pernah tergoda dan melenceng dari niat awalnya, tak tertarik
pada satu pun dari mereka. Kecantikannya yang level artis, wajah indo,
banyak. Yang biasa-biasa juga ada. Saking sulitnya menemukan ‘pemuda
ideal’ yang kalimat-kalimatnya selalu menyejukkan dan meneduhkan jiwa,
banyak yang bersumpah tidak akan menikah kecuali dengan sang dosen
tersebut. Tentu saja ini sangat memusingkan. Gilanya, bahkan ada 4 orang
yang siap dijadikan istri pertama hingga keempat dan itu atas
kesepakatan mereka sendiri, mereka sendiri yang menentukan siapa yang
pertama dan terkahir dan semua itu pun atas izin orang tuanya.
Untungnya, ia sangat kuat dan tak pernah tergoda. Padahal, ‘sang idola’
itu tak usah memikirkan materi karena mereka semua orang-orang berada.
Sang ustad ini pun, benar-benar jadi idola bukan hanya oleh mereka
tapi oleh semua orang tuanya, selain tipe “suami ideal” juga duda usia
40 th-an. Semua orang tuanya sudah ditemuinya dan beberapa kali
dikumpulkan dalam pengajian khusus tentang pergaulan anak-anaknya dan
kondisi GPB-nya apa adanya. “Tidak ada yang tertutup, pembinaan
harus terbuka. Setiap mahasiswa sudah saya pertemukan dengan orang
tuanya masing-masing dan saya jelaskan terbuka semuanya. Jelas, orang
tuanya harus tahu, itu kan anak mereka yang bisa mencelakan mereka di
akhirat kelak. Semua orang tuanya sekarang tau tahu kondisi anaknya.
Awalnya, ada yang ditempeleng, ada yang diusir, ada yang dimusuhi,
macam-macamlah. Tapi, saya sadarkan juga orang tuanya, karena itu akibat
cara pendidikan mereka yang salah pula. Sekarang repotnya, banyak orang
tua menyerahkan anaknya sepenuhnya kepada saya, mau diapakan. Banyak dari para orang tua itu meminta saya menikahi anak-anaknya dengan tak usah memikirkan materi,” katanya.
Kata sang ustad, lucunya, hampir semua mahasiswi itu, ya karena masih
pada muda, tidak ada yang akur karena bersaing memperebutkan sang
pembimbing yang menyejukkan jiwa. Saya mendengar mereka ribut di depan
saya memperebutkan saya, tidak aneh, sangat sering, seperti saya ini
sudah suaminya, bahkan ada jadi musuhan karena cemburu. Cukup berat
mengasuh mereka. Bahkan ada yang sudah disadarkan berusaha keras agar
melayani rasa suka dan cintanya. Gila memang.
Sang ustad bercerita, “hingga sekarang, pembinaan masih terus
berjalan. Sudah tiga tahunan. Banyak yang memperlakukan saya sebagai
suaminyalah, yang manggil saya “papah” lah, “sayang” lah dll, ngasih ini
itulah, tapi semuanya tidak pernah ada yang saya terima. Banyak yang
memaksa saya menikahi mereka bahkan orang tuanya memelas-melas. Orang
tuanya ada yang mau memberi saya rumah, mobil baru, asalkan menikahi
anaknya. Nanti dulu, itu bukan tujuan saya. Kebanyakan mereka anak orang
kaya.” Pernah, suatu hari diselenggarakan pengajian di Masjid Raya
Cipaganti Bandung. Ketika datang, sang ustadz muda bin cuek ini mengira
masjid ada yang memakai karena mobil-mobil keren berjejer memenuhi
halaman masjid. Begitu masuk, dia kaget, ternyata itu semua mobilnya
para mahasiswi asuhannya itu. Mereka menyambutnya meriah.
Saking percayanya, ada juga orang tuanya yang akan ngasih perusahaan,
juga ditolak. Saya tidak mau tergoda dengan itu semua. Tujuan saya
hanya satu, meluruskan akhlak mereka. Para orang tua itu banyak yang
kebingungan, katanya harus ngasih apa karena semua pemberian tidak
pernah ada yang saya terima sementara anaknya sekarang sudah berubah
total, jadi rajin shalat, selalu bawa Qur’an dan mukena, rajin ke
pengajian, jadi sangat hormat pada orang tuanya dst … dst.”
Mudah-mudahan ada ustadz lain yang bisa mengikuti jejaknya tanpa ingin menjadi terkenal. “Kalau
ingin terkenal, waah … gampang saya, banyak kesempatan, tapi itu bukan
tujuan saya dan saya tidak mau. Popularitas itu akan mengotori hati dan
ingin terkenal adalah penyakit jiwa.”[] (Moeflich Hasbullah. Foto hanya ilustrasi)
Menuju Sekolah Bermutu
"EDIT Foto Keren..!!"
Kemdikbud "Info UKG"
Info terkini " KESEHATAN "
Resep Masakan Indonesia "TERBARU"
Kagem mbikak " Face Book "
SMS "GRATIS TENAN"
"RAMALAN"
Zakky jg ACI
|
This entry was posted on 22.00 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihCXEWPJfZp9DElDHTzy_d3EzrVImcgkQD1NhqzUsg94m1EQcbO8px9jGixI7nIPqDBFDacdj_6WVZjWLJgSjAjZqfwM634E1juaIS9xpLvBAKWs-2ggGP4TqpEzUkk4_V5c-b3TBvkt8/s1600/str4.gif
0 komentar: